Kediri – 15/06/2017 – Pernahkah kita mengalami hati yang galau, gundah gulana, hingga terasa menyesakkan dada? Saat kita mengalami permasalahan yang banyak, datangnya beruntun ataupun tiba-tiba atau bahkan datang silih berganti, seolah-olah tidak ada habisnya. Begitu banyaknya, hingga ‘mungkin’ beberapa orang menumpahkan kesalahan pada diri sendiri, orang lain bahkan menyalahkan takdir Allah SWT. Sungguh yang demikian ini sudah merupakan tindakan yang salah besar, perlu segera diambil langkah untuk menormalkan fungsi hati agar alur pemikiran menjadi lancar.
Ibaratkan hati ini layaknya sebuah sungai. Di mana, sungai yang harusnya sebagai aliran air, namun karena adanya sampah yang menumpuk di dalamnya sehingga mengakibatkan air tidak lagi dapat mengalir dalam sungai. Akhirnya air meluber ke jalanan dan terjadilah banjir yang memporakporandakan kondisi lingkungan. Demikian pula dengan hati kita, karena sikap dan perangai kita sebenarnya adalah cerminan dari hati kita. Bahkan Rasulullah SAW pernah bersabda : “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam diri manusia ada segumpal daging yang kalau dia baik maka akan baik pula seluruh anggota tubuh, dan kalau dia rusak maka akan rusak pula seluruh anggota tubuh, ketahuilah dia adalah hati.” Hati adalah pusat lingkungan alam diri manusia, ketika hati telah banyak tertimbun sampah, menumpuknya sedimen endapan butir-butir sampah, maka tak ayal lagi, ketika muncul banyak permasalahan akan meluber, memenuhi rongga dada sehingga tidak dapat lagi mengalirkan energi positif ke dalam pikiran. Bila telah demikian, normalisasi hati perlu segera dilakukan.
Normalisasi hati dilakukan melalui 3 tahap, yaitu bersihkan diri, perbaiki diri dan jaga diri.
Bersihkan diri dengan jalan membuang semua sampah dan sedimen yang telah menumpuk dalam hati. Menurut Ibnul Qayyim, sampah dalam hati manusia dapat terbagi menjadi 10 jenis, yaitu :
Kesepuluh jenis sampah ini tidak sadar kita lakukan sedikit demi sedikit, sehingga menumpuklah menjadi endapan sedimen dalam hati, yang akan menghambat aliran energi positif dalam otak kita. Membersihkan hati dengan selalu membasahi bibir kita dengan dzikir dan membaca Al Quran, menanamkan rasa ikhlas dan syukur dalam segala kondisi , istiqomah dalam kebaikan dengan niat hanya karena Allah SWT, mengisi waktu dengan ibadah, dan berpasrah diri hanya kepada Allah SWT dengan tawakal.
Perbaiki diri melalui introspeksi diri, koreksi diri kita dengan bertafakur, merenung, menghitung kesalahan kemudian mengakui kesalahan dengan memohon maaf kepada sesama manusia dan memohon ampunan kepada Allah SWT dengan taubatan nasuha.
Jaga diri dengan menanamkan dalam hati kita bahwa dalam segala perilaku kita diawasi oleh Yang Maha Mengetahui, Allah SWT. Dengan pemikiran ini, maka kita akan selalu menjaga segala tindak tanduk kita dengan menjauhi segala larangan Allah dan selalu berupaya untuk melaksanakan perintah-Nya dengan khusyuk.
Bila hati telah kembali pada fungsinya dan berjalan normal, segala permasalahan yang menimpa kita akan dapat tertampung dan tidak akan meluber memenuhi rongga dada. Karena kapasitas hati manusia telah dirancang oleh Allah SWT agar dapat memuat segala ujian dan cobaan. Yakinlah bahwa Allah SWT tidak akan memberikan ujian di atas ambang batas kemampuan manusia, seperti janji Allah dalam Al Quran, surat Al Baqarah ayat 286. Isilah kapasitas hati untuk menampung ilmu dan petunjuk dari Al Quran, yang dapat menggelontorkan segala sampah yang ada dalam hati, menjadikan hati kita lapang menerima segala ujian dan cobaan. (nuwi)